Oh, mengapa di dunia banyak gadis elok, keluh hati
Aradea. Semakin banyak gadis elok semakin gundah
dan
semakin bingung hatinya.
Baru saja dia mabuk kepayang oleh wajah cantik
Nyimas Intensari. Sekarang manakala dihadapkan kepada
wajah elok Nyimas Wulandari, hatinya sudah ketad-kedut
lagi.
"Ah,
aku
ini!" kata Aradea menggaplok pipinya
sendiri. Dan begitu kena begitu teriak. Dia kini baru sadar
kalau pipinya sudah bengkak sejak tadi. Jadi manakala dia
gampar, rasa sakit amat mengiris jantungnya.
"Engkau apa-apaan menggampar wajahmu sendiri,
Kakang?
Lihatlah, wajahmu sudah sembab dan
payah.
Hilang ketampananmu itu," kata Nyimas Wulandari
menyimpan baki dan tergopoh-gopoh memeriksa wajah
Aradea.
.
Pemuda itu mandah saja diteliti seluruh wajahnya.
"Aduhhhh ..."
"Oh, maaf ..."
"Aduh lagi ..."
"Oh, maaf, maaf."
Aduh .. aduh ... aduhhh .. ."
"Ah, engkau manja, Kakang. Tak baik seorang pemuda
gagah bersikap manja .begini ..." kata Nyimas Wulandari
terkekeh manis.
Aradea pun ikut terkekeh. Padahal dalam tawanya. ini
rasa sakit
di
seluruh badannya terasa nyutnyutan.
"Mengapa engkau berkelahi, Kakang?" tanya gadis itu
masih meneliti bagian-bagian tubuh Aradea yang luka.
"Berkelahi?"
Aradea mengingat-ingat peristiwa sebelumnya. Dia tak
merasa berkelahi dengan siapa pun.
52
,. Hai<Akses Online :
lii
INDONESIA
~
HERITAGE.ORG