Museum Sri Baduga dikelola oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memanfaatkan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega. selanjutnya, museum ini diresmikan pada 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Daoed Joesoef. Mulanya museum ini dinamakan Museum Negeri Propinsi Jawa Barat. Namun selanjutnya, berganti nama menjadi Museum Sri Baduga. Penamaan museum ini diambil dari gelar salah seorang raja Pajajaran yang mengemban tugas tahun 1482-1521 Masehi; sebagaimana tertulis pada Prasasti Batutulis. Dan kemudian ditetapkan melalui Kepmendikbud nomor 02223/0/1990 tanggal 4 April 1990. Koleksi Museum Sri Baduga lebih dari enam ribu buah.
Jenis Koleksi Museum
Koleksi tersebut dapat dikategorikan ke dalam sepuluh jenis:
1. Geologika, berisi koleksi dari bidang geologi, termasuk batuan, mineral, fosil, dan barang yang terbuat secara alami.
2. Biologika, berisi koleksi dari keilmuan biologi, di dalamnya ada tengkorak, tumbuhan, binatang, baik yang telah menjadi fosil ataupun yang masih utuh.
3. Etnografika, berisi koleksi dari bidang antropologi, merupakan barang hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu bangsa.
4. Arkeologika, yaitu hasil budaya zaman purba, terutama yang bertalian dengan ilmu arkeologi.
5. Historika, yaitu koleksi yang memiliki nilai sejarah dan jadi objek penelitian sejarah.
6. Numisamatika/-heraldika, yaitu koleksi mata uang atau alat tukar yang sah. Heraldika adalah semua tanda jasa, lambang, dan tanda pangkat resmi (termasuk cap dan stempel).
7. Filologika, yaitu koleksi yang bertalian dengan ilmu filologi, merupakan naskah kuno terbuat dari tangan atau manuskrip.
8. Keramologika, koleksi yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.merupakan barang mudah pecah.
9. Seni Rupa, koleksi yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui objek dua dimensi dan tiga dimensi.
10. Teknologika, koleksi yang menggambarlan per-kembangan teknologi dari yang tradisional hingga yang modern.
Dari enam ribu koleksi Museum Sri Baduga Maharaja Jawa Barat, 40% di antaranya merupakan koleksi yang berasal dari masa peradaban kebudayaan Cina di Tanah Air. Sedangkan sisanya yang 60% merupakan koleksi dari berbagai peradaban budaya bangsa Indonesia. Koleksi sisa dari peradaban Cina ini, antara lain gerabah, keramik, alat perhiasan, mebeler, dan alat rumah tangga. Bahkan, replika alat tranportasi berupa bendi dan kereta kencana merupakan sisa peradaban bangsa Cina ketika hidup di Tanah Pasundan.
Di era teknologi informasi digital saat ini pemanfaatannya bagi museum sangatlah memiliki fungsi dan peran yang sangat penting. Dengan tujuan untuk lebih menyebarluaskan pengetahuan sekaligus promosi kepada seluruh bangsa Indonesia yang tersebarluas di beberapa pulau terutama di luar Jawa dan juga dunia internasional.
Dengan hanya satu klik alamat https://museumsribaduga.indonesiaheritage.org melalui browser yang terhubung ke jaringan internet, maka siapa saja bisa dengan mudah mengakses secara virtual objek dan ruangan yang ditampilkan di Museum Sri Baduga tanpa batasan ruang dan waktu.