•
"Kau
turunlah
dan ikatkan tali kekang kudamu. Kita
bicara baik-baik di sini ... " kata Nyimas Intensari sambil
melambai membedol sukma pemuda itu.
Maka dengan serta-merta Aradea menambatkan tali
kekang kuda dan segera menuju beranda.
Segera Aradea duduk saling berhadapan dengan gadis
itu dan keduanya saling tatap.
"Kau tiba-tiba menjadi murung, Aradea ... " gumam
gadis itu menatap sendu.
Aradea tak menyahut, kecuali menatap saja.
"Mengapa contohkan dua perbedaan
ini
antara
aku
dan
kau, Aradea?" tanya gadis itu tiba-tiba.
"Sebab hanya ini yang hari-hari belakangan ini nampak
nyata," jawab Aradea.
"Tidak bagiku. Kau adalah kau dan aku adalah aku.
Semuanya tak ada yang
berub~"
kata Nyimas Intensari.
"Sebentar lagi kau akan jadi selir Raja Mataram,
Nyimas ... " Aradea terang-terangan mengeluh.
"Tapi kau tetap sahabatku, Aradea ..." potong gadis itu.
· "Tapi ... "
"Sssstttt .... " potong lagi gadis itu sambil menempelkan
ujungjari telunjuknya pada bibir Aradea.
Terasa hangat dan halus. Dan ini menyeret gejolak
remaja pemuda itu. Maka dengan serta-merta, bibir itu
mengecup lembut telunjuk sang gadis.
***
•
40
I
I
8.
Hak
Akses
Online :
~
INDONESIA
~
HERITAGE.ORG