rasa syukur alas keberbasilan panen masyarakal selempal; dengan kala lain
Upacara
Ngalaksa
merupakan upacara syukuran panen (pR/6-7-2002) .
Semenlara seni
Tarawangsa
merupakan kelengkapan dari upacara
Ngalaksa. Artinya di dalam Upacara
Nga/aksa
lerdapal seni
Tarawangsa
atau seni
Jenlreng
yang berfungsi sebagai hiburan kepada Dewi Sri .
Nama diri Dewi Sri dalam khasanah kepercayaan Sunda memiliki
nama lain. Nama yang dimaksud adalab
Nyi Pohaci Sanghyang Sri, Nyi
Dangdayang Tresnawali
babkan dalam milologi orang Kanekes, Dewi Sri
berada diumlan leralas. Orang Kanekes membagi alam ini dibagi menjadi
liga macam. Keliga macam alam dimaksud adalah (I)
Buana Nyungcung,
lempal bersemayan Sang Hyang Keresa, yang lelaknya paling alas, (2)
Buana Panca Tengah,
lempal manusia dan makhluk lainnya berdiam, dan
yang paling bawah (3)
Buana Larang,
yaitu neraka. Anlara Buana
Nyungcung dan Buana Panca Tengah lerdapal 18 lapisan alam yang
lersusun dari alas ke bawah. Lapisan leralas bemama Bumi Suci Alam
Padang alau menurul kropak 630 bemama Alam Kahiyangan alau Mandala
Hiyang. Lapisan alam lersebul merupakan lempal linggal Nyi Pohaci
SanghyangAsri dan SunanAmbu (Edi,2005:62-63) .
Pada upacara
Ngalaksa
leita melillal ada perlakuan luar biasa
lerbadap Sanghyang Sri. Di mulai dengan penyebulan nama lempal
penyimpanan hasil panen (baca:
leuil)
dengan sebulan
Pohaci Gedong
Manik.
Kala
IGedongl
dalam babasa Sunda berarti rumab besar yang
mewah; sedangkan
Imanikl
dapal diartikan inlan alau berlian. Jadi,
Gedong
Manik
adalah rumah besar yang mewah dan berisikan inlan alau barang–
barang berharga. Oleh karena itu mudah dimengerti apabila "penghuni"
rumah lersebul diperlakukan sangal islimewa. Perhalikanlah saal seseorang
akan menuju
Gedong Manik;
ia hams berlaku sangal hormal dan sopan.
Menaban nafas, mendabulukan kalei dan langan kanan dalam seliap gerak
langkah, dan berlaku sopan kelika mengambil padi. Sebulan mengambil
padi pun hams dianggap "membangunkan", semenlara sebulan menurnbuk
padi barns diinlerpelasikan sebagai pijalan kepada Sang Dewi yang barn
bangun dari peraduan (Lihal juga R. Akip Prawira Suganda: 1982:
150-174).
Penghormalan atau lebih tepat dikatakan pemujaan kepada Dewi
Sri sebenamya
pada saat panen atau paska panen, tetapi