Page 135 - Adat Istiadat Daerah Riau

dak mehgantar), maka dengan didampingi oleh kedua gading–
gadingnya serta memegang sirih lelat dita.'lgannya, pengantin
laki-Iakipun berangkaUah menuju rumah pengantin perempu–
an.
Urut-urutan rombongan pengantin laki:laki ini adalah se-
bagai berikut:
I. di depan sekali wanita pembawa tepak,
2.
para wanita yang menjemput tadi,
3.
para wanita yang mengantar, dengan membawa be-
ras kunyit,
4.
disamping
kiri
kanan depan, jago-j ago silat,
S. pengantin laki-Iaki didampingi gading-gading,
6.
rombongan Iaki-laki penjempUt dan pengantar,
7.
rombongan bunyi-bunyian kerompang sambil bergen–
dang dan bernyanyi .
Dalam rombongan itu, ada juga yang menambahnya de–
ngan. seorang pembawa payung, yang memayungi pengantin
laki-Iaki. Tetapi kebiasaan berpayung
ini
jarang dipakai. Be–
gitu pula kebiasaan dahulu, pengantin laki-Iaki
ini
tidak ber–
jalan kaki, tetapi di "julang", yaitu didukung di atas baha. Yang
menjulang
uti
biasanya hamba sahaya tau orang upahan. Te–
tapi kebiasaan ini telah lama dihapuskan.
Sesampainya dipintu gerbang rurnah pengantin wanita, pin–
tu gerbang tersebut telal. ditutup dan dipasang penghalang yang
dinamakan "kubu", terbuat dari daun kelapa.
Di
depan kubu
ini telah siap menunggu j ago-j ago silat tuan rurnah.
Rombongan pengantin laki-Iaki berhenti dan majulah jago–
jago silat yang dibawa tadi. Terjadilah "pertarungan" antara
jago silat yang datang dengan jago silat yang menunggu.
Akhir–
nya jago silat yang menunggu makin mundur mendekati kubu
dan mundur terus ke belakang kubu dan jago silat yang datang
merobohkan kubu tersebut. Sementara itu rombongan wanita
yang membawa beras kunyit melemparkan dan menaburkan
beras kunyit ke belakang kubu dimana telah menunggu pula
wanita-wanita penyambut dengan melemparkan pula beras
kunyit dari dalam sebagai balasan. Pelemparan beras kunyit
ini disebut" perang beras kunyit""'.
Kebiasaan tersebut menggambarkan, bahwa yang datang
HatAkses Publikasi On6ne :
129
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia