Merekam Sejarah Konferensi Asia-Afrika

Merekam Sejarah Konferensi Asia-Afrika

Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 – 24 April 1955 merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luar negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi hanya 10 tahun setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam waktu yang singkat, bangsa Indonesia telah berani mengusulkan dan bersedia menjadi tuan rumah bagi konferensi bertaraf internasional. Yang paling penting ialah bahwa konferensi itu berakhir dengan sukses besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia.

Konferensi ini melahirkan Dasasila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam upaya memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga, dan yang lebih penting, terlihat pada masa sesudahnya, karena jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor penting yang menentukan jalannya sejarah dunia.

Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, adalah gedung bersejarah yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama.

Bangunan ini dirancang pada tahun 1926 oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng - yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB), dua arsitek Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.

Fasilitas Museum

A. Ruang Pameran Tetap

Museum Konferensi Asia-Afrika memiliki ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga gita dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa Pertemuan tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Selain itu dipamerkan juga foto-foto mengenai :
– Peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia-Afrika
– Dampak Konferensi Asia-Afrika bagi dunia Internasional
– Gedung Merdeka dari masa ke masa
– Profile negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika yang dimuat dalam multimedia.

Diorama Pembukaan Konferensi Asia-Afrika 1955
Dalam rangka menyambut kunjungan Delegasi Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Nonblok tahun 1992, saat Indonesia terpilih sebagai tempat Konferensi tersebut dan menjadi ketua Gerakan Nonblok, dibuatlah diorama yang menggambarkan situasi pembukaan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

B. Perpustakaan

Untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia-Afrika, pada 1985 Abdullah Kamil (pada waktu itu Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London) memprakarsai dibuatnya sebuah perpustakaan. Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya negara-negara Asia-Afrika, dan negara-negara lainnya; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia-Afrika dan konferensi lanjutannya; serta majalah dan surat kabar yang bersumber dari sumbangan/hibah dan pembelian.

C. Audio Visual

Bersamaan dengan berdirinya perpustakaan, disiapkan pula ruang audiovisual pada 1985. Ruang tersebut juga diprakarsai oleh Abdullah Kamil.
Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia-Afrika dan konferensi lanjutannya, serta film-film mengenai kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika.

D. Riset

Museum Konferensi Asia-Afrika meningkatkan berbagai studi mengenai Asia-Afrika dan masalah luar negeri lainnya serta memfasilitasi penelitian dalam dan luar negeri yang dilakukan oleh para peneliti dan mahasiswa.

Wahana Virtual Museum

Di era teknologi informasi digital saat ini pemanfaatannya bagi museum sangatlah memiliki fungsi dan peran yang sangat penting. Dengan tujuan untuk lebih menyebarluaskan pengetahuan sekaligus promosi kepada seluruh bangsa Indonesia yang tersebarluas di beberapa pulau terutama di luar Jawa dan juga dunia internasional.

Dengan hanya satu klik alamat https://museumkaa.indonesiaheritage.org melalui browser yang terhubung ke jaringan internet, maka siapa saja bisa dengan mudah mengakses secara virtual objek dan ruangan yang ditampilkan di Museum KAA tanpa batasan ruang dan waktu.